Jumat, 30 April 2010

History of Pemuda Muhammadiyah Kauman

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

English version


Muhammadiyah Youth Kauman jogja stood at around 1920s. When it was still in occupation of the Dutch, and no ceremonial organization of Muhammadiyah Youth. However, because of the Muhammadiyah was established in 1912, finally Kauman youths also participated in the Muhammadiyah movement. Muhammadiyah movement based "charities ma'ruf nahi munkar" to combat heresy and kufarat. Accompanied also against the occupation against the colonizers.


For years, youth Kauman has its uniqueness. Not only the clergy kampong youth

court, but also a very strong characteristics. It appears there was some point in the peace under heaven jogja, there Kauman North, South Kauman, Kauman Middle East Kauman. Although fragmented, but in their youth - each sector has a very strong character.

Until the existence of Muhammadiyah onggres to-21 in Makassar in 1932 it was decided the establishment of the Muhammadiyah Youth Section, which is part of the Muhammadiyah organization that specifically nurture and educate young people the Muhammadiyah family.


Until now, the new note, who became head of the youth branch of Muhammadiyah is:

- Bp. Baron

- Bp. Wardhani

- Bp. Azman Latif

- Bp. Zunan

- Bp. Iftironi

- Bp. Ahmad Nafian

Afterwards we found our data yet, and that we know of five last periods are as barikut.

Youth Branch of Muhammadiyah leaders Kauman Period 1995 - 1999
Name: Jatmiko


Youth Branch of Muhammadiyah leaders Kauman Period 1999 - 2002
Name: Riza Arfani, S.T.
Date of Birth: April 13, 1980


Youth Branch of Muhammadiyah leaders Kauman Period 2002 - 2005
Name: Nur Ikhwan, S.H.


Youth Branch of Muhammadiyah leaders Kauman Period 2005 - 2006
Name: Ahmad Cliff Conan


Youth Branch of Muhammadiyah leaders Kauman Period 2006 - 2009
Name: Riza Tough Prisandi, S. Kom.
Date of Birth: January 11, 1985


Youth Branch of Muhammadiyah leaders Kauman Period 2009 - 2013
Name: Ridwan Wicaksono
Date of Birth: October 21, 1990



MASA - MASA vacuum MUHAMMADIYAH twigs Kauman YOUTH

In the period 2005 - 2006 Muhammadiyah youth stewardship seemed vacuum. This occurs because of factors - the internal factors of management. Moreover, the cadres of Muhammadiyah already complaining about the demise of youth activities. Finally, the Muhammadiyah Youth cadres continued its charitable activities in Kauman munkar nahi kindness, though not officially. Finally, the chairman declared elected can not take care of the management of youth and forge consensus on a limited branch, which only followed by the previous council and board formation earlier.


YOUTH rise MUHAMMADIYAH Kauman

Elected leadership of the youth branch of Muhammadiyah period 2006-2009.
The formation of the new leadership has also caused controversy among youth and adolescents. But, thank God, God ALMIGHTY flip back the human HEART, all problems can be overcome and Kauman Muhammadiyah youth movement continues to run until today. Hopefully they are in fighting for religious charities get a reply GOD completely in the Hereafter, and included among those lucky ones. Amen.

there is history behind it all. check out below


HOLY footprint CIKAUMAN

In 1925, held at Middle Kauman environment, the blessing of the Great Swordsman KH. Busyro, A. and M. Dimyati pencak Wahib opening exercises. Narrated dozens of students come to practice. At this moment M. Wahib states CIKAUMAN Pendekar is the only existing martial in Kauman. The naming of this genre as it pointed to the name of a place as a stream. As for mentioning this implies Cikauman flow as a flow-Kauman Banjaran, meaning that the flow is a continuation of the flow Banjaran.

At that time, outlined the principles that must be strictly adhered to and implemented by all his students, namely:

1. Cikauman / Pencak Kauman, based on teachings of Al Islam and the spirit KH.Ahmad Dahlan, with character building martial arts and Indonesian berkripadian, net of false and envious.
2. College devoted to the struggle of religion and state and nation.
3. Mental attitude and the children themselves must step movement is a follow-purity horn. 


*********************************************************************************
Indonesian Version 


Pemuda muhammadiyah kauman jogja berdiri pada sekitar tahun 1920-an. Saat itu memang masih dalam penjajahan belanda, dan belum ada keresmian organisasi Pemuda Muhammadiyah. Namun, karena Muhammadiyah berdiri pada tahun 1912, akhirnya para pemuda kauman juga ikut dalam gerakan Muhammadiyah. Gerakan muhammadiyah berlandaskan "amal ma'ruf nahi munkar" untuk memberantas bid'ah dan kufarat. Diiringi pula melawan penjajahan melawan kaum penjajah.

Bertahun-tahun, pemuda kauman mempunyai keunikan tersendiri. Bukan hanya pemuda dikampung kaum ulama kraton, tetapi juga karakteristik yang sangat kuat. Terlihat ada beberapa sudut di kolong langit jogja yang tentram, ada Kauman Utara, Kauman Selatan, Kauman Tengah, Kauman Timur. Walaupun terpecah-pecah, namun pemuda di masing - -masing sektor mempunyai karakter yang sangat kuat.



Sampai dengan adanya onggres Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada tahun 1932 diputuskan berdirinya Muhammadiyah Bagian Pemuda, yang merupakan bagian dari organisasi dalam Muhammadiyah yang secara khusus mengasuh dan mendidik para pemuda keluarga Muhammadiyah.

Sampai saat ini baru diketahui, yang menjadi pimpinan ranting pemuda muhammadiyah adalah :

- Bp. Baron

- Bp. Wardhani

- Bp. Azman Latif

- Bp. Zunan

- Bp. Iftironi

- Bp. Ahmad Nafian

Setelah itu data belum kami ketemukan, dan yang kami ketahui 5 periode terakhir adalah sebagai barikut.

Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Kauman Periode 1995 – 1999
Nama : Jatmiko


Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Kauman Periode 1999 – 2002
Nama : Riza Arfani, S.T.
Tanggal Lahir : April 13, 1980


Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Kauman Periode 2002 – 2005
Nama : Nur Ikhwan, S.H.


Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Kauman Periode 2005 – 2006
Nama : Ahmad Cliff Yusron


Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Kauman Periode 2006 – 2009
Nama : Riza Tegar Prisandi, S.Kom.
Tanggal Lahir : Januari 11, 1985


Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah Kauman Periode 2009 – 2013
Nama : Ridwan Wicaksono
Tanggal Lahir : Oktober 21, 1990



MASA - MASA VAKUM PEMUDA MUHAMMADIYAH RANTING KAUMAN

Pada periode 2005 - 2006 kepengurusan pemuda Muhammadiyah tampak vakum. Hal ini terjadi karena adanya faktor - faktor internal dari pengurus. Selain itu, para kader muhammadiyah sudah mengeluh tentang matinya kegiatan pemuda. Akhirnya, para kader Pemuda Muhammadiyah tetap menjalankan kegiatan amal makruf nahi munkar di kauman, walaupun tidak resmi. Akhirnya, sang ketua terpilih menyatakan tidak sanggup mengurus kepengurusan pemuda dan di adakan musyawarah ranting terbatas, yang hanya diikuti oleh dewan formatur sebelumnya dan pengurus sebelumnya.


BANGKITNYA PEMUDA MUHAMMADIYAH KAUMAN

Terpilihlah pimpinan ranting pemuda muhammadiyah periode 2006 – 2009.
Terbentuknya pimpinan baru ini juga menimbulkan kontroversi dari kalangan pemuda dan remaja. Namun, alhamdulillah, Allah yang MAHA MEMBOLAK BALIKAN HATI manusia, semua masalah dapat diatasi dan gerakan pemuda muhammadiyah kauman tetap berjalan hingga saat ini. Semoga amal mereka dalam memperjuangkan agama ALLAH mendapat balasan seutuhnya di akhirat kelak, dan dimasukkan ke golongan orang-orang beruntung. Amin.

ada sejarah di balik itu semua. simaklah di bawah ini


TAPAK SUCI CIKAUMAN

Pada tahun 1925, bertempat di lingkungan Kauman Tengah, atas restu Pendekar Besar KH. Busyro, A.Dimyati dan M.Wahib membuka latihan pencak. Diriwayatkan puluhan murid ikut berlatih. Pada saat inilah Pendekar M.Wahib menyatakan CIKAUMAN adalah satu-satunya pencak yang ada di KAUMAN. Penamaan aliran ini sebagaimana menunjuk nama satu tempat sebagai nama aliran. Adapun penyebutan aliran Cikauman ini mengandung pengertian sebagai aliran Banjaran-Kauman, dengan makna bahwa aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran Banjaran.

Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua murid-muridnya, yaitu:

1. Cikauman/Pencak Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran KH.Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta berkripadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
2. Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
3. Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak-tanduk Kesucian.

Dalam literatur Pencak Silat, perkembangan pencak silat di Indonesia sangat dipengaruhi dua hal:

1. Geografis: berupa dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai.
Masing-masing memiliki karakter yang khas, salah satunya dalam hal kuda-kuda.
2. Kultural: berupa budaya dan adat istiadat yang mempengaruhi sebuah aliran pencak silat. Dua jalur besar dalam hal ini yaitu aliran Bangsawan dan aliran Rakyat.

Aliran Bangsawan:

* Tertutup, tidak mudah berasimilasi, bertahan kepada kemurniannya.
* Daya gunanya pada seni pencak silat
* Disiplin.

Aliran Rakyat:

* Terbuka, mudah berasimilasi, cenderung berbaur dan tidak murni.
* Daya guna pada bela diri.
* Tidak disiplin.


Kalau dilihat pada aliran Cikauman, dua definisi tersebut kurang cocok sepenuhnya, karena sifat Cikauman adalah:

* Tertutup, akan tetapi mudah berasimilasi.
* Tidak disiplin, tetapi patriotik.
* Daya guna sama kuat antara seni dan bela diri.


Hal ini dapat dimaklumi karena dalam masa perkembangan aliran Banjaran-Kauman sejak awal hingga seterusnya, aliran ini senantiasa berinteraksi dan berdampingan dengan aliran-aliran pencak lainnya yang ada, baik aliran rakyat maupun aliran bangsawan.

Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), dipimpin langsung oleh Pendekar Besar M. Wahib dan Pendekar Besar A. Dimyati. Murid angkatan pertama adalah M. Djuraimi (Mbah Djur) dan M. Syamsuddin. Kehandalan M. Syamsuddin terletak pada permainan sabetan kaki dan tangan. Hal ini ditunjang oleh postur tubuh M. Syamsuddin yang kekar, karena selain gemar pencak M. Syamsuddin juga seorang pemain sepak bola yang handal.

Setelah dinyatakan lulus dari Perguruan Cikauman, M. Syamsuddin diizinkan untuk menerima murid dan selanjutnya mendirikan Perguruan SERANOMAN.

Seranoman
Perguruan Seranoman melahirkan seorang Pendekar bernama M. Zahid, anak murid Seranoman yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, serta pergaulannya luas. Kehandalan M. Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. Selain itu beliau berhasil mengembangkan dari 5 menjadi 8 Kembangan, dan berhasil merancang pengajaran keilmuan sehingga keilmuan pencak mudah untuk dimassalkan. Namun sayangnya beliau berpulang ke Rahmatullah sehingga belum sempat mendirikan perguruan baru. Sekalipun begitu M. Zahid sempat melahirkan seorang murid berbakat, yaitu Moh. Barie Irsyad. Selanjutnya Moh. Barie Irsjad dibina langsung oleh A. Dimyati dan M. Wahib.

Pada perkembangan selanjutnya Moh. Barie Irsyad diarahkan untuk menghadapi aliran-aliran hitam. Puncaknya adalah tantangan adu kaweruh melawan aliran hitam dengan taruhan siapa yang kalah harus pergi (terusir) dari Kauman. Di bawah kesaksian Pemuda Muhammadiyah ranting Kauman, pada suatu malam -- tepatnya tengah malam, bertempat di pelataran Mesjid Gede Kauman, Yogyakarta, berlangsunglah pertarungan tersebut. Atas izin Allah SWT, seluruh murid menyaksikan bahwa yang bathil tidak akan dapat mengalahkan yang haq. Moh. Barie Irsyad berhasil melumpuhkan ilmu sihir dari aliran hitam.

Pada waktu di bai'at Pendekar Moh. Barie Irsyad berhasil mempertanggung jawabkan 11 Kembangan. Lalu Pendekar Moh. Barrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke-6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh Pendekar M. Zahid, M. Syamsuddin, M. Wahib dan A. Dimyati, kemudian diberi restu untuk menerima murid. Moh. Barie Irsyad kemudian mendirikan Perguruan KASEGU.

Kasegu

Nama Kasegu diambil dari Segu atau Kasegu, yaitu senjata khas yang berlafadz

"MUHAMMAD", diciptakan oleh Pendekar Moh. Barrie Irsyad. Selanjutnya Segu menjadi senjata khas Perguruan TAPAK SUCI. Kasegu juga bermakna "KAuman SErba GUna". Pada selanjutnya ada orang yang menyebutnya sebagai Kasegu Badai Selatan (mengingat operasionalnya berpusat di bagian selatan Kauman).

Selanjutnya, dalam angkatan ketujuh ini tercatat antara lain:

1. Murid Cikauman (murid langsung Pendekar M. Wahib): Achmad Djakfar, Moh. Dalhar Suwardi, M. Slamet.
2. Murid Seranoman (murid langsung Pendekar M. Syamsuddin):M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.
3. Murid Kasegu (murid langsung Pendekar Moh.Barie Irsyad): Irfan Hadjam, M. Djakfal Kusuma, M. Sobri Ahmad, dan M. Rustam Djundab.

Murid angkatan ketujuh ini mulai berlatih di tahun 1957, biasanya empat kali seminggu mulai pukul delapan (ba'da Isya) sampai mendekati Shubuh.



LAHIRNYA TAPAK SUCI


Atas desakan murid-murid kepada Pendekar Moh. Barie Irsyad, muncullah gagasan untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kasegu). Namun untuk mencapai itu mestilah melalui jalan yang tidak mudah. Karena pengertian kelahiran perguruan yang baru kelak bukanlah merupakan suatu aliran yang baru melainkan tetap berakar dari aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), apalagi mengingat Pendekar Moh.Barie Irsjad berada pada generasi ke-6 dalam silsilah, maka perlu dilakukan silaturahim dengan para sesepuh. Maka pembuktian demi pembuktian senantiasa dilakukan dalam berbagai pertemuan keilmuan, sekaligus untuk memantapkan perumusan keilmuan yang akan diturunkan. Dalam setiap pertemuan keilmuan senantiasa dilakukan pembuktian demi pembuktian, yang melibatkan para sesepuh aliran.



Sudah takdir Ilahi ketika Pendekar Moh.Barie Irsyad selesai menampilkan JURUS HARIMAU, Pendekar M.Wahib menyatakan puas dan pembuktian dinilai telah cukup. Selanjutnya Pendekar A.Dimyati memberikan pesan dan petunjuk: "Kalau ketemu aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya." Kelihatannya sangat sederhana, akan tetapi sikap ini adalah sangat kontradiktif dengan sifat jago pencak pada umumnya yang tidak mau melihat kelebihan orang lain dan selalu merasa dirinya yang terbaik dan terkuat. Sikap mental Pendekar A.Dimyati ini selanjutnya menjadi dasar sikap mental Pendekar-pendekar TAPAK SUCI.



Ujian lainnya yang harus dihadapi memang cukup beragam. Salah satunya adalah penilaian bahwa pengembang atau pun pendiri dalam silsilah aliran ini tidak berasal dari darah biru (ningrat), apalagi para penggagas TAPAK SUCI hanya kalangan rakyat biasa. Akan tetapi dalam hal ini kemudian dinyatakan bahwa TAPAK SUCI bukan milik dan gerakan Kampung Kauman, bahkan ketika itu dinyatakan bahwa TAPAK SUCI adalah gerakan dunia.



Dalam proses pendirian TAPAK SUCI ini juga tidak lepas dari dukungan dan restu yang datang dari para pendekar, ulama dan aktifis Muhammadiyah, dengan harapan kelak perguruan pencak yang terorganisir ini dapat menjadi wadah pengkaderan dan wadah silaturahim para ahli pencak di lingkungan Muhammadiyah. Sekalipun ujan demi ujian harus dilalui



Maka berbagai perangkat organisasi pun disiapkan sedemikian rupa, antara lain:

* Nama Perguruan dirumuskan dengan mengambil dasar dari ajaran Perguruan Kauman, maka ditetapkan nama TAPAK SUCI.

* Tata tertib upacara disusun oleh Moh. Barie Irsyad.

* Doa dan Ikrar disusun oleh H. Djarnawi Hadikusuma.

* Lambang Perguruan diciptakan oleh M. Fahmie Ishom.

* Lambang Anggota diciptakan oleh Suharto Sujak.

* Lambang Tim Inti Kosegu dibuat oleh Ajib Hamzah.

* Bentuk dan warna pakaian ditentukan oleh M. Zundar Wiesman dan Anis Susanto.



Kemudian, atas izin dan restu Allah SWT telah menjadi suatu kenyataan sejarah bahwa pada tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, TAPAK SUCI telah ditakdirkan untuk lahir dan berkembang di seluruh Nusantara dan kelak meluas ke mancanegara, untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat yang methodis dan dinamis.



Semuanya ini berkat kebesaran jiwa para Pendekar pendahulu (sesepuh) yang mampu memandang jauh ke depan. Tapak Suci adalah amanat dari Pendekar-pendekar Cikauman (Kauman-Banjaran) kepada generasi penerus bangsa untuk dipelihara, dibina, dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.



Pada waktu lahirnya Tapak Suci, telah digariskan bahwa:

1. Tapak Suci berjiwa ajaran KH. Ahmad Dahlan
2. Keilmuan Tapak Suci bersifat Methodis dan Dinamis
3. Keilmuan Tapak Suci bersih dari syirik dan menyesatkan



Pasca Kelahiran
Tahun-tahun 1960-an kita ketahui bahwa gerakan komunis di Indonesia telah semakin menjadi-jadi di seluruh pelosok negeri. Mereka mengintimidasi kaum Muslim dan menggerogoti kesatuan Bangsa. Hal ini terjadi juga di Kauman. Tak sedikit anak-anak Kauman yang diganggu, sekalipun Kauman sudah menjadi perkampungan Muslim. Maka kehadiran Tapak Suci memberi rasa aman bagi kaum Muslim di situ. Masa-masa awal ini adalah masa-masa perlawanan terhadap gerakan Komunis yang terampil dalam mengintimidasi, menfitnah, dan merusak.



Saat itu konsentrasi beladiri Tapak Suci di arahkan untuk menghadapi gerakan komunis. Gerakan anti komunis inipun akhirnya diikuti oleh kelompok-kelompok pemuda yang membentuk sel-sel (kelompok) tersendiri di kampung-kampung lain dalam rangka menggerogoti kekuatan komunis, seperti Benteng Melati di Kampung Kadipaten, Perkasa di Kampung Suronatan, termasuk M. Djuraimi kelak membentuk perguruan Eka Sejati di Kampung Karangkajen, yang seolah sebagai sel dari gerakan di Kauman.



Namun kiranya sepak terjang pemuda-pemuda Tapak Suci kelak ternyata diharapkan di daerah-daerah lainnya, apalagi jika daerah itu merupakan kampung umat Muhammadiyah. Beberapa wilayah mengajukan permintaan untuk dibuka latihan Tapak Suci. Selain itu Tapak Suci juga tersebar karena dibawa oleh aktifis perguruan yang berkelana atau merantau keluar daerah. Maka hal inilah yang kelak mendorong lahirnya Tapak Suci di daerah-daerah.



Seiring dengan tersebarnya Tapak Suci ke daerah, maka masuklah beberapa ahli pencak yang berada di lingkungan Muhammadiyah ke dalam Tapak Suci. Hal ini tentu semakin menyemarakkan gegap gempita Tapak Suci dari sisi organisasi dan keilmuan. Perguruan Tapak Suci yang awalnya hanya di Yogyakarta akhirnya berkembang keluar Yogyakarta dan masuk ke daerah-daerah lainnya.



Setelah meletusnya pemberontakan G30 S/PKI, Tapak Suci kembali ke sarang dan berkonsetrasi kembali pada organisasi. Di tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikembangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Kemudian pada Sidang Tanwir Muhammadiyah di tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom ke-11 di lingkungan Muhammadiyah.



Prestasi olahraga dan seni
Dalam Kejuaraan Nasional I Tapak Suci tahun 1967 di Jember, pertandingan Pencak Silat Tapak Suci dilaksanakan dengan pertarungan bebas. Hal ini bercermin dari tradisi perguruan sejak dulu dalam melakukan sabung (pertarungan) yaitu dengan menggunakan full-body contact, yang mana setiap anggota tubuh adalah sasaran sah untuk diserang, kecuali mata dan kemaluan. Namun ternyata sistem pertarungan seperti itu tidak dapat diterapkan dalam pertandingan olahraga karena dapat mengakibatkan cidera, cacat permanen, bahkan kematian. Maka seiring dengan itu pula maka pasca Kejurnas I di Jember tahun 1967 itu sistem pertandingan olahraga Tapak Suci terus mengalami penyempurnaan demi penyempurnaan, sekalipun hingga beberapa dasawarsa ke depan kemudian, sistem pertandingan olahraga Tapak Suci tetap tidak menggunakan pelindung badan (body-protector), dengan pengertian bahwa "pelindung badan" pesilat Tapak Suci adalah keilmuan dan ketangkasan si pesilat. Pada Kejurnas I di Jember itu pun sudah diperlombakan pencak silat seni, yang mana yang dilombakan adalah Kerapihan Teknik Permainan.



Ketika Tapak Suci memantapkan diri dalam gerakan olahraga dan seni, keilmuan Tapak Suci ditampilkan melalui 4 aspek; mental-spiritual, olahraga, seni, dan beladiri. Adapun ilmu pengebalan tubuh ataupun anggota tubuh berupa alat penyasar, mulai ditinggalkan. Hal ini mengingat adanya anjuran dari Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar ilmu tersebut disimpan, kalau toh itu ilmu yan haq, akan tetapi dikhawatirkan dapat menjadi satu kesombongan.



Perguruan Historis IPSI
Pada masa-masa perkembangan Perguruan Tapak Suci yang telah merambah ke persada nusantara, maka dipandang perlu bagi Perguruan Tapak Suci untuk mencari induk organisasi pencak silat. Pada waktu itu sekurang-kurangnya ada tiga organisasi yang menamakan diri sebagai induk organisasi pencak silat Indonesia, yaitu: PPSI yang digerakkan dari Bandung, IPSI yang digerakkan dari Jakarta, dan BAPENSI yang digerakkan dari Yogyakarta, yang masing-masing mencari kekuatan pendukung.



Melalui Rapat Kerja Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 19 s.d 20 April 1967 di Pekalongan, disamping memutuskan dan mengesahkan Anggaran Rumah Tangga, Tapak Suci berketetapan hati memilih Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (sekarang Ikatan Pencak Silat Indonesia) sebagai induk organisasi pencak silat. Untuk itu Tapak Suci didaftarkan kepada PB. IPSI dan langsung diterima menjadi anggota nasional. Kelak kemudian Tapak Suci didudukkan sebagai salah satu dari 10 Perguruan Historis IPSI, mengingat peran Tapak Suci yang menunjang tegak berdirinya PB. IPSI yang kala itu kondisinya sedang kritis.



Kiprah Tapak Suci
Maka kelak kiranya Tapak Suci menjalankan tugas dan peran yang tidak mudah. Di satu sisi Tapak Suci adalah organisasi dakwah yang berinduk ke Muhammadiyah. Di sisi lain Tapak Suci adalah organisasi pencak silat dengan induknya IPSI. Pada dimensi lainnya, Tapak Suci adalah sebuah ilmu beladiri, namun juga merupakan gerakan olahraga dan seni. Hal ini menuntut organisasi dan keilmuan dapat seiring sejalan. Kelak itulah mengapa Sabuk yang terurai pada pesilat Tapak Suci, harus sama panjang di kedua sisi dan tepat jatuhnya di tengah, tidak lebih panjang di satu sisi saja.




NARASUMBER (MANTAN PEMUDA KAUMAN)

Salah seorang narsumber, Bapak hartono mengatakan bahwa bagi beliau ada hal menarik tentang Masjid Gede Kauman. “Rasanya sudah melekat di hati”, ungkap beliau. Namun yang ia sayangkan , sekarang masjid tidak seramai dan segiat seperti yang dahulu. Kata beliau saat diwawancarai, “ Kalau dahulu, pengajian anak – anak mesti gayeng!” Berawal dari menjadi pengurus takmir Masjid Besar Mataram Kota Gedhe (1957), beliau mendedikasikan dirinya untuk masjid. Ketika kepemimpinan takmir Masjid Gedhe Kauman dipegang oleh Bapak Basyid (1981), Bapak Hartono menjadi pengurus takmir bidang kebersihan dan rumah tangga, selama 3 periode. Dalam periode itu pula beliau terikat dengan keluarga pengulon (petugas kraton Jogja). Setelah itu, berganti dengan periode Bapak Abunda Farouk sebagai pimpinan takmir, selama 2 periode. Kemudian barulah berganti ke periode Bapak Budi Setiawan sebagai pimpinan takmir, hingga sekarang.

KEADAAN KETIKA SERANGAN UMUM 1 MARET 1949

Perlu kita keahui bahwa semasa jaman kependudukan penjajah dan pemberontakan, penduduk Kauman ikut mempertahankan wilayah Kauman dan sekitarnya. Ketika Pak Hartono masih kecil, tahun 1948, sekolah – sekolah banyak yang bubar karena adanya agresi – agresi. Saat itu Pak Har juga ikut berjuang menyerang kota dengan cara gerilya di malam hari. Hal ini dikarenakan jika menyerang pada siang hari, kita akan kalah oleh pesawat capung penjajah.

MASA PEMBERONTAKAN PKI

Di Kauman, pada tanggal 30 September 1965 beliau bersama Pemuda Kauman berjuang mempertahankan Kauman dari PKI. Saat itu CHTH (gedung KONI di dekat kantor pos) menjadi markas Pemuda PKI. Melihat keadaan ini Pemuda Kauman tidak tinggal diam, langsung menyerbu gedung tersebut dan mengusir PKI.

MASJID GEDHE TERANCAM BOM

Tentunya sebagai pengurus takmir, hal ini tidak akan dilupakan Pak Hartono. Berawal dari kecurigaan beliau terhadap jendela yang tidak di tutup. Padahal saat itu masjid sangat sepi, tidak seperti dahulu, yang mana banyak orang memakmurkan masjid dan main catur di Yatihun. Setelah dilihat ternyata ada kebakaran dan di sana tampak ada bom yang bentuknya seperti travo. Saat itu Pak Har tidak berani mengambil bom itu. Ketika polisi datang, beliau malah disuruh mengangkat bom itu. Setrelah ditelusuri ternya pelakunya tertangkap di Poso, Sulawesi Tengah.

Selama Pak Har menjadi pengurus takmir, tetap saja masih ada kekurangan dalam organisasi takmir. Ibarat “tak ada gading yang tak retak”. “Apa yang saya jabat adalah sebatas kemampuan saya dan ikhlas,” kata beliau dalam mengutarakan prinsip yang beliau pegang selama ini. Bersama pengurus lainnya beliau pernah membawa perpustakaan masjid menjadi ternama. Namun sayangnya Masjid Gedhe belum ada tempat untuk piala – piala kemenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar